LONDON– Apakah fenomena Supermoon memicu terjadinya bencana alam? Pertanyaan itu belum lagi terjawab kala gempa bumi diikuti tsunami melanda Jepang, hanya delapan hari sebelum Supermoon berlangsung.
Sabtu (19/3) mendatang,bulan berada pada jarak paling dekat dengan bumi. Astronom menyederhanakan fenomena itu dengan istilah “lunar perigee” atau yang lebih tenar dengan “Supermoon”.
Sabtu (19/3) mendatang,bulan berada pada jarak paling dekat dengan bumi. Astronom menyederhanakan fenomena itu dengan istilah “lunar perigee” atau yang lebih tenar dengan “Supermoon”.
Sudah pasti, fenomena yang akan berlangsung akhir pekan nanti begitu ditunggu ilmuwan dan para pencinta langit malam. Siapa tidak mau menikmati pemandangan bulan yang tampak begitu rendah, membuatnya sangat dekat dengan tempat kita berdiri? Bagaimanapun, tidak setiap hari kita bisa melihat bulan yang besar membulat. Ditambah lagi, Supermoon mendatang dipastikan sebagai jarak terdekat bulan dengan bumi selama 19 tahun terakhir. Berapa jaraknya? Sekitar 221.567 mil atau 356.577 kilometer dari bumi. Jarak yang sangat dekat, bila urusannya menyangkut posisi bulan dan bumi.Lepas dari kedekatan bumi dan bulan, ada satu perdebatan di balik fenomena Supermoon.
Selama lima dekade terakhir,ada beberapa lunar perigeeyang terus diingat. Dari beberapa kali Supermoon, fenomena yang terjadi Desember 1974 dan Januari 2005 mendapat perhatian khusus. Mengapa? Sebelum dan setelah dua supermoon terjadi, beberapa kawasan dunia diguncang bencana alam. Malam Natal 1974, kota negara bagian Darwin, Australia diterjang topan Tracy. Topan dengan kecepatan maksimal 240 kilometer per jam itu mulai terbentuk 21 Desember, menerjang hebat pada malam Natal,tiga hari kemudian dan menghilang 26 Desember 1974. Berikutnya adalah peristiwa tsunami Aceh, Desember 2004. Dua pekan kemudian— atau awal Januari 2005—bumi dihampiri Supermoon. Yang jadi pertanyaan, apakah benar Supermoon menjadi salah satu pemicu dua bencana alam itu?
Kalau mau bertanya pada ilmuwan, boleh jadi akan nyaris serempak menjawab “tidak”. Sebuah harian Inggris, Telegraph, pernah mengutip pernyataan beberapa ilmuwan. Mereka memang tidak secara terang-terangan berkata “tidak”. Para ilmuwan hanya menyatakan tidak punya bukti bahwa Supermoon bisa memicu bencana alam.Kalaupun kehadiran Supermoon memberi efek terhadap bumi,itu hanyalah air pasang yang lebih tinggi atau air surut yang lebih rendah dari biasanya. Begitu kata ilmuwan. Sementara itu, Sydney Morning Herald kemarin merilis berita terbaru seputar Supermoon.“ Supermoon menjelang. Penganut teori konspirasi percaya itu (Supermoon) akan mengakibatkan“ moona-geddon”,demikian bunyi kepala beritanya. Moonageddon mengacu pada salah satu film terlaris produksi Hollywood,Armageddon.
Apa yang bisa diingat dari Armageddon? Hujan meteor yang menghancurkan pesawat ulang-alik Atlantis.Kemudian, badan antariksa memilih beberapa orang untuk dikirim ke luar angkasa untuk melakukan tugas-tugas tertentu demi menyelamatkan bumi dari kehancuran. Intinya adalah bencana. Demikian juga yang ingin dikedepankan astronom asal Amerika Serikat (AS),Richard Nolle.Kenyataan yang tengah dihadapi, menurut Nolle, Supermoon “sedang dalam perjalanan” mendekati bumi. “Supermoon, kalau mau dilihat lebih dalam,memiliki asosiasi historis dengan terjadinya angin kencang, gelombang tinggi,serta gempa bumi,”kata Nolle kepada ABC Radio,beberapa hari lalu.
Analisis Nolle kemudian dibantah beberapa kelompok ilmuwan yang berbeda kubu. Seperti jawaban Pete Wheeler dari Pusat Internasional Radio Astronomi yang terkutip dalam www.news.com.au.“Tidak akan ada gempa bumi atau erupsi gunung api,kecuali memang sudah seharusnya terjadi,” tegasnya. Begitu pula yang disampaikan astronom dari LaboratoriumAstronomiAustralia, Simon O’Toole.“Saya bisa saja mengatakan bahwa peluang terjadinya bencana alam terkait Supermoon sama besarnya dengan isu bahwa kiamat akan terjadi 21 Desember tahun depan. Jadi, pada dasarnya, (kemungkinan terjadinya bencana alam terkait Supermoon) adalah nol,”tegasnya. Sementara bagi Nolle, Supermoon bagai fenomena gerhana.
Analisis Nolle kemudian dibantah beberapa kelompok ilmuwan yang berbeda kubu. Seperti jawaban Pete Wheeler dari Pusat Internasional Radio Astronomi yang terkutip dalam www.news.com.au.“Tidak akan ada gempa bumi atau erupsi gunung api,kecuali memang sudah seharusnya terjadi,” tegasnya. Begitu pula yang disampaikan astronom dari LaboratoriumAstronomiAustralia, Simon O’Toole.“Saya bisa saja mengatakan bahwa peluang terjadinya bencana alam terkait Supermoon sama besarnya dengan isu bahwa kiamat akan terjadi 21 Desember tahun depan. Jadi, pada dasarnya, (kemungkinan terjadinya bencana alam terkait Supermoon) adalah nol,”tegasnya. Sementara bagi Nolle, Supermoon bagai fenomena gerhana.
“ Kita dikunjungi 5 sampai 6 gerhana dalam setahun. Itu (gerhana) bisa berada sangat dekat dengan bumi. Namun, kita tidak perlu memiliki satu (fenomena gerhana) pada kedekatan maksimal untuk mencari tahu efek yang teramat khusus,”paparnya. Perdebatan tentang Supermoon dan pengaruhnya terhadap kondisi iklim terus timbultenggelam. Hingga sampai pada hari ini,ketika gempa bumi disusul tsunami memorak-porandakan Jepang.Perdebatan itu boleh jadi akan berembus kian kencang. Bagaimana tidak, rasanya baru beberapa hari lalu media massa asing giat mengulas Supermoon pada Desember 1974 dan Januari 2005.
Dan kutipan pernyataan ilmuwan jelas-jelas mengarah pada jawaban negatif, yakni bahwa “tidak, Supermoon tidak memicu terjadinya bencana alam”.
Dan kutipan pernyataan ilmuwan jelas-jelas mengarah pada jawaban negatif, yakni bahwa “tidak, Supermoon tidak memicu terjadinya bencana alam”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar